Tuli dan Isyarat (Presentasi online dari Fikri M)
Sekarang masyarakat Tuli di Indonesia semakin hari semakin cerah pemikirannya. Hal ini ditandai dengan adanya banyak pergerakan yang dilakukan oleh komunitas Tuli untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Tuli memiliki identitas yang berbeda dengan masyarkat umumnya tetapi bisa berbaur dengan masyarakat tentunya. Penasaran apa yang bisa membuat kita semua bisa berbaur atau dengan kata lain inklusi.
Untuk membongkar penasaran ini, kali ini ada kawan Tuli namanya Fikri Muhandis, mahasiswa Universitas Brawijaya Malang juga Ketua Akar Tuli Malang sudah mendesain presentasi online kepada masyarakat. Berikut ini presentasi yang menarik . Semoga bermanfaat
Penjelasan presentasi diatas.
Budaya Tuli
semua kelompok punya budaya masing-masing.
kami senang berkumpul di komunitas tuli. tetapi kami lebih senang jika bisa berkomunikasi dengan hearing.
kami jarang menggunakan tulisan karena EYD kami berantakan. tetapi itu karena kami kurang mendapatkan perhatian dalam mata pelajaran BAHASA INDONESIA.
Guru, orang tua dan keluarga senang kami bisa berkomunikasi dengan ORAL. tapi kami lebih senang dan bangga berkomunikasi dengan ISYARAT.
Pelatihan Bahasa Isyarat
cara komunikasi dengan kaum Tuli
AKU BANGGA MENJADI TULI
Kontribusi AKAR TULI
mempromosikan bahasa isyarat indonesia.
memaksimalkan potensi teman-teman tuli.
memberikan informasi yang seimbang kepada masyarakat.
Sejarah Pengakuan Hellen Keller
Helen Keller, manusia inspiratif yang hidup dengan keadaan tuli dan netra , berkata:
ketulian merupakan sebuah permasalahan yang lebih serius daripada ketunanetraan, karena kehilangan rangsangan yang paling vital, yaitu suara manusia yang membawa BAHASA, alat berkomunikasi.
kami berkata:
.. tapi masalah lebih serius jika hearing tidak bisa menerima bahasa kami
Siapa kami?
kami adalah seorang tuli atau deaf. tuli adalah seseorang yang tidak memiliki pendengaran secara maksimal. kami tidak bisa mendapatkan informasi yang bersifat audio secara maksimal.
Sejarah AKAR TULI
Komunitas AKAR TULI telah terbentuk semenjak tahun 2012 dan diresmikan pada tanggal 9 September 2013. Persiapan hampir setahun tersebut menjadikan komunitas ini dapat berkembang dengan cepat dengan konsep komunitas yang matang. Komunitas Akar Tuli juga didukung oleh kesiapan Volunteer, yaitu hearing people yang membantu teman-teman tuli dalam berkomunikasi dengan pemuda sekitar, membantu pelaksanaan tuli dalam berorganisasi dan membantu teman tuli dengan cara menerjemahkan komunikasi verbal ke dalam isyarat di berbagai acara.
Cara Berkomunikasi dengan Tuli
Berkomunikasi di ruangan yang memiliki pencahayaan yang cukup terang
Berbicaralah dengan kecepatan normal dan bukaan mulut yang wajar
Berbicaralah dengan kalimat – kalimat yang sederhana
Berbicaralah dengan menghadapkan wajah anda ke individu tunarungu yang sedang anda ajak berkomunikasi dan pastikan dia dapat melihat wajah dan gerakan bibir anda dengan baik
Jangan berbicara dengan tuli dalam posisi anda membelakangi sumber pencahayaan yang sangat kuat
Saat anda bicara dengan tuli jangan sambil mengunyah, menggigit atau sambil mengulum sesuatu.
Bicaralah dalam posisi kepala tegak dan arah pandangan sejajar dengan arah pandang tunarungu
Bicaralah dalam bahasa yang mudah dimengerti yaitu bahasa Indonesia.
Tuliskanlah informasi – informasi penting yang ingin anda sampaikan.
Mintalah keluarga, teman, guru atau penerjemah untuk membantu proses komunikasi bila memungkinkan.
Jika anda berkomunikasi dengan tuli yang tidak memiliki kemampuan berbahasa verbal sebaiknya anda pakai bahasa isyarat.
Dalam berkomunikasi sebaiknya menggunakan cara Komunikasi Total
Tantangan hidup kami?
kami tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja dengan layak. semua pihak seakan mengatakan ‘kau tak bisa bicara dan mendengar. tidak perlu bermimpi untuk kuliah dan sukses, lebih baik kerja biasa saja”
kami dianggap asing di negara kami sendiri, INDONESIA. tangan kami seakan diikat dan ruang untuk bahasa isyarat dibatasi.
oleh karena itu, kita berusaha banyak kegiatan untuk membuat masyarakat sadar tentang ketulian
kami menghargai kebijaksanaan pemerintah yang menyebutkan kami sebagai tuna rungu yang berarti gangguan/ penyakit.
tapi kami pikir kami lebih ingin dan merasa lebih nyaman dikatakan sebagai seorang Tuli. Tuli bukan kata kasar, Tuli adalah sebuah identitas.
Hari Tuli Sedunia
(Dikutip dari sumber Prezi by Fikri Muhandis)