Pentas Teater of Sign “Sudo Ora Sudo” … Spektakuler & Kereeen….
Sebuah acara yang untuk kedua kalinya digelar oleh komunitas tuli dari Gerkatin Solo mementaskan sebuah pertunjukan teater. Kali ini dengan dukungan dari komunitas mahasiswa dari UNS Fak. Psikologi mengajak teman-teman tuli untuk main bareng volunteer DVO (Deaf Volunteering Organization). Pertunjukan teater digelar di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah, Solo Kamis malam, 4 April 2013. Suasana malam serasa lebih segar setelah hujan menjadikan malam yang istimewa buat tim teater untuk menunjukan potensinya di masyarakat. Sebuah pertunjukan dengan judul “Sudo Ora Sudo”, judul diambil dari bahasa Jawa yang berarti “Kurang Tidak Kurang”. Judul ini mengandung makna bahwa kita (Tuli) memiliki kekurangan dalam mendengar tetapi memiliki kelebihan yang bisa dikembangkan dengan kemampuan yang berbeda sehingga si Tuli tidak memiliki kekurangan yang dimilikinya. Kata kurang adalah sebuah kata yang selalu dipikirkan oleh komunitas tuli juga difabel lainnya yang menjerumuskan mereka ke lembah ketidakberdayaan terhadap dirinya menjadi makhluk yang ditindas akibat perlakuan dari dirinya sendiri maupun dari masyarakat. (eh ngomong kok ngalor kidul sih… ok kita kembali ke yang tadi).
Pentas teater ini bercerita tentang kehidupan keluarga pak Lurah yang disegani di desa memiliki anak tuli yang bernama Laras. Merasa tidak terima dengan kehadiran anak tuli yang dikhawatirkan pamor pak lurah bisa jatuh. Maka pak Lurah dengan segala cara untuk menjaga harga dirinya, eh cara yang dilakukan pak Lurah sungguh tidak sesuai dengan norma kehidupan. Ibunya yang sabar dan pengertian menenangkan amarah pak Lurah memikirkan anaknya. Tapi apa boleh buat pak Lurah menjadi orang nomor satu didesanya membuat ibunya susah mengendalikan suaminya. Anaknya yang dibikin repot komunikasinya diusir. Akhirnya Laras minggat sampai ke sebuah daerah yang belum pernah disentuhnya, disanalah Laras bertemu dengan sekelompok pemuda yang sama dengan dirinya. Merasa sudah klop dengan kelompok pemuda tuli akhirnya Laras bergabung dan ikut larut dalam kegiatan yang disenanginya.
Merasa sadar akan dirinya ditinggal anaknya merasa kesepian, akhirnya pak Lurah menyuruh 2 pembantu untuk mencari Laras. Akhirnya ketemu di daerah komunitas tuli. Apa yang terjadi disana? Bagaimana dengan sikap Laras terhadap perlakuan ayahnya? Kalian bisa menerka sendiri khan.
Semuanya berakhir dengan ending yang membuat penonton terkesima dengan penampilan pemain tuli membacakan puisi. Penampilan ini yang bisa membuat semangat penonton dari komunitas tuli dan lainnya berkobar-kobar. Semangat ini ditandai “tepuk tangan” dengan tangan melambai-lambai keatas secara serempak dari penonton. Sebuah standing applaus yang memberikan apresiasi buat tim pemainnya.
Pertunjukan teater ini sudah dipersiapkan sejak bulan Desember 2012, sebuah waktu persiapan yang cukup lama (4 bulan). Memang waktu yang lama karena si sutradara Sandhi Wardhana yang belum pernah bertemu dengan komunitas tuli sebelumnya mulai belajar berinteraksi dan memberi pelatihan teater. Awalnya mengajak semua komunitas tuli, setelah beberapa minggu akhirnya dipilih pemain yang memiliki bakat dan kemampuan. Jadi tidak heran dalam selebaran brosur dan info lainya mereka dibilang anak berbakat.
Pentas teater malam yang lebih istimewa lagi adalah penonton yang menyaksikan pertunjukan ini ada yang kecewa berat.. lho kok bisa??? Ini karena mereka yang ingin menyaksikan pertunjukan tertinggal berita sehingga tiket yang sudah disiapkan untuk tempat duduk yang pas sudah ludes. Penonton yang tertinggal diminta untuk menyaksikan tayangan berikutnya di video yang akan diupload dari media. Akhirnya betul juga media liputan 6 sudah menayangkan dan sudah diupload di internet. Bagi pembaca yang gak sempat nonton silahkan menyaksikan Liputan 6 disini. Juga ada lagi dari Wartatv juga menayangkan liputan video tentang teater. Penasaran lagi silahkan lihat Wartatv disini.
Pertunjukan teater “Sudo Ora Sudo” ini merupakan kolaborasi antara tuli dengan non-tuli yaitu Gerkatin Solo, DVO (Deaf Volunteering Organization) merupakan volunter untuk tuna rungu, BKKT (Badan Koordinasi Kesenian Tradisional) UNS dengan memperagakan aransemen musik berupa gamelan, Kelompok PERON Surakarta merupakan sebuah kelompok teater dari mahasiswa FKIP UNS.
Merasa belum puas dengan artikel diatas, pembaca bisa membaca lebih banyak artikel lainnya yang terkait diatas. Silahkan menyimak dibawah ini:
- – Harian Solopos
- – Berita Daerah
- – Majalah Diffa
- – Manteb.com (bahasa Jawa)
- – InfoPilihan.com
- – Yahoo.com
- – Komentator dari Blog punya mas Hawin Widyo
- – Blog dari Teman lainnya
- – Timlo.net
- – Bisnis Jateng.com
Tayangan Video:
Great, thanks for sharing this blog.Thanks Again. Will read on…